Sering kali kita sebagai manusia lupa akan arti pentingnya lingkungan yang ada di sekitar kita. Pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah, melainkan bila pertumbuhan itu tidak lagi disertai perkembangan mental positif pribadi kita. Percuma saja bila pemerintah - pemerintah yang ada di dunia ini melakukan rapat tentang global warming kalau perkembangan mental di negaranya tidak diperhatikan. Suka ataupun tidak, negara Indonesia semakin kehilangan jati dirinya yang ramah dengan lingkungan. Indonesia yang dulunya menjadi paru - paru dunia apakah kini masih bisa dikatakan demikian? Semua itu anda - anda lah yang tahu jawabannya.
Terkadang negara Indonesia hanya diam saja melihat tanah - tanahnya dibawa oleh negara lain sebagai perluasan wilayah di negaranya. Harta warisan Indonesia juga mengalami nasib yang... entah harus apalagi dikatakan. Bahkan sumber daya manusia Indonesia juga ikut diambil negara lain.
Marilah kita melihat dasar pendidikan Indonesia dewasa ini. Dari jenjang SD hingga SMA bahkan mungkin di atasnya, pola pendidikan Indonesia cenderung kepada kemampuan menjawab soal - soal di atas kertas. Bila siswa berhasil menjawab dengan nilai tertinggi maka siswa itulah yang terpandai.
Tidak, tidak itu semestinya pendidikan kita seharusnya. Kita berada di era yang sangat kompleks, meliputi persoalan negara hingga lingkungan kita. Marilah kita mendidik anak - anak kita sebagai manusia yang benar - benar bermanfaat positif. Dan kita punya tenaga itu, kita pasti bisa, asalkan komitmen penguasa tetap pada jalurnya.
Bangkit dengan kaki sendiri bukanlah hal yang mustahil, ragu dengan tenaga sendiri ciri bangsa yang sulit maju. Seandainya pendiri - pendiri negara ini dan para pejuang entah apa yang ia rasakan ketika melihat yang terjadi sekarang ini.
Namun, semua ini bukahlah kesalahan. Tapi jadikanlah ini sebagai pelajaran kita menapak hari esok lebih baik, dengan belajar dari kesalahan - kesalahan kita.
Terkadang negara Indonesia hanya diam saja melihat tanah - tanahnya dibawa oleh negara lain sebagai perluasan wilayah di negaranya. Harta warisan Indonesia juga mengalami nasib yang... entah harus apalagi dikatakan. Bahkan sumber daya manusia Indonesia juga ikut diambil negara lain.
Marilah kita melihat dasar pendidikan Indonesia dewasa ini. Dari jenjang SD hingga SMA bahkan mungkin di atasnya, pola pendidikan Indonesia cenderung kepada kemampuan menjawab soal - soal di atas kertas. Bila siswa berhasil menjawab dengan nilai tertinggi maka siswa itulah yang terpandai.
Tidak, tidak itu semestinya pendidikan kita seharusnya. Kita berada di era yang sangat kompleks, meliputi persoalan negara hingga lingkungan kita. Marilah kita mendidik anak - anak kita sebagai manusia yang benar - benar bermanfaat positif. Dan kita punya tenaga itu, kita pasti bisa, asalkan komitmen penguasa tetap pada jalurnya.
Bangkit dengan kaki sendiri bukanlah hal yang mustahil, ragu dengan tenaga sendiri ciri bangsa yang sulit maju. Seandainya pendiri - pendiri negara ini dan para pejuang entah apa yang ia rasakan ketika melihat yang terjadi sekarang ini.
Namun, semua ini bukahlah kesalahan. Tapi jadikanlah ini sebagai pelajaran kita menapak hari esok lebih baik, dengan belajar dari kesalahan - kesalahan kita.
Posting Komentar
Gunakan kata yang tidak mengandung penghinaan unsur suku, agama, ras, politik.