Terpampang dengan sangat jelas sebuah papan pengumuman bahwa dilarang untuk bermain, mandi, berenang di areal BKT. Faktanya, justru BKT mengalami alih fungsi menjadi tempat bermain, bercocok tanam di bantaran kali BKT.
Salah satu warga yang kami wawancara bernama Pak Junaidi mengungkapkan bahwa Ia tahu ada aturan itu, tapi warga disekitar banyak memanfaatkan lahan disekitar BKT untuk bercocok tanam. Ketika ditanya apakah bapak tidak khawatir tanamannya akan terendam banjir, Pak Junaidi dengan santai menjawab "tidak". Saat ditanya apa alasan Ia bercocok tanam, dengan jelas dia mengatakan "dari pada saya nganggur Pak, lebih baik saya manfaatkan".
Tidak ada yang salah memang, bila dijawab demikian. Mungkin sebaiknya demikian, ditengah kondisi perekonomian warga yang susah lebih baik bercocok tanam, dari pada mencuri. Kami tidak akan langsung menyalahkan warga yang umumnya orang pintar menegaskan bahwa orang Indonesia kurang kesadarannya. Tapi lihatlah fakta, warga kita butuh lahan usaha yang ringan biaya pengolahannya.
Suatu konsekuensi besar terjadi ketika BKT dibuat, yaitu ekosistem alami daerah tersebut hilang dan hiruk pikuk warga juga ikut hilang. Namun, inilah fakta. Ironisnya lokasi BKT tidak jauh dari kantor walikota madya Jakarta Timur.
Posting Komentar
Gunakan kata yang tidak mengandung penghinaan unsur suku, agama, ras, politik.